Minggu, 12 Februari 2023

 

ISLAMISASI DI PULAU JAWA


Secara garis besar Denys Lombard membedakan tiga tahap dalam peresapan islam di wilyah Jawa:

1)      Berlangsungnya islamisasi wilayah pantai utara, melalui pelabuhan perdagangan yang sejak abad ke – 15 memainkan peranan yang paling penting, lalu mulai masuknya Islam ke daerah pedalaman  yang secara berangsur-angsur memunculkan semacam borjuis islam di pedalaman sehingga terbentuklah “Jaringan islam pedesaan”, dengan peran penting yang di mainkan oleh pesantren dan tarekat. Pada gilirannya,perkembangan semacam ini memungkinkan bagi kelangsungan striktur yang sudah ada di masa Hindia Belanda sejak abad ke 19, yaitu makin terbukanya kemungkinan bagi rakyat indonesia untuk naik Haji. Konsekuensinya , islam di Jawa-termasuk di kawasan pedesaan- mendapat akses yang luas dan langsung dari pusat islam (Makkah dan Kairo).

 Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Lathiful Khuluq. Menurutnya,minimal ada lima fase penyebaran islam kepada masyarakat jawa. Pertama,islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang muslim dari india dan arabia kepada komunitas masyarakat biasa di pesisir utara pulau jawa. Kedua,islamisasi yang dilakukan oleh para ulama yang terkenal dengan sebutan “Wali Sanga”. Ketiga ,islamisasi di bawah kerajaan islam Mataram yang berpusat di pedalaman pulau jawa,terutama pada masa Sultan Agung. Keempat,islamisasi yang di warnai dengan makin maraknya gerakan pemurnian islam yang di bawa ke nusantara pada abad ke-18. Kelima,islamisasi dengan di tandai gerakan Reformasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi islam seperti Jami’at Al-khair (1901),Sarekat islam (1911),Muhammadiyah (1912), dan sebagainya.

    Dengan mengacu pada fase-fase islamisasi di jawa yang di kemukakan Khuluq tersebut, pada fase kedua islamisasi di jawa berlangsung dengan cepat.percepatan islamisasi ini, terutama sebagai hasil dari dakwah para Wali sebagai perints dan penyebar agama islam di jawa.

    Para wali memegang ke pemimpina yang karismatik. Pada satu pihak, demikian menurut sartono,otoritas mereka dapat berbentuk formal sebagai penguasa politik atau raja; pada pihak lain,terlepas dari pelembagaan politik atau tidak,mereka memiliki kekuasaan sosial-religius yang kuat. Pda umumnya para ahli berpendapat bahwa islam di indonesia di sebarluaskan melalui jalan damai. Tidak ada misi khusus-seperti dalam agama protestan atau katolik-untuk menyebarkan islam di indonesia,paling tidak pada masa awal. Namun,perkembangan islamisasi indonesia ini sebetulnya menggunakan tiga metode:

1.      Disebarkan oleh pedagang muslim dalam suasana damai.

2.      Disebarkan oleh para juru dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk mengislamkan penduduk dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keimanan mereka.

3.      Disebarkan dengan kekuatan untuk berperang melawan pemerintah kafir, Metode terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan islam berdiri di indonesia dimana kadang-kadang islam di sebarkan dari sana kek kawasan lain melalui peperangan.

Perlu di tegaskan disini bahwa teori-teori yang dikemukakan diatas, pada dasarnya tidak membicarakan masuknya agama islam ke setiap pulau di Nusantara. Teori-teori tersebut hanya menganalisis masuknya agama islam di Pulau Sumatera, khususnya Aceh,dan Pulau Jawa. Kedua pulau ini dipandang mempunyao peranan penting dalam perkembangan Islam di pulau-pulau lain di Indonesia.

Kini Islam telah menjadi agama mayoritas di Indonesia dan telah memberi warna atau corak peradaban yang khas di negeri ini. Sebagai agama universal,Islam telah membawa peradabannya sendiriyang berakar kuat pada tradisi yang sangat panjang sejak masa Rasululloh. Ketika bersentuhan dengan situasi lokal dan partikular, peradaban islam itu tetap mempertahankan esensinya yang sejati,walau secara instrumental menampakan bentuk-bentuk yang kondisional

Kiranya perlu di kemukakan disini tentang beberapa alasan mengapa Islam begitu cepat tersebar di Melayu-Indonesia. Paling tidak terdapat tiga faktor utama yang ikut mempercepat prosoes penyebaran islam di wilayah ini khususnya di Jawa. Pertama,ajaran islam yang menekankan prinsip ketauhidan dalam sistem ketuhanannya. Kedua,fleksibilitas (daya lentur) ajaran islam. Ketiga ,sufat-sifat islam yang demikian,pada gilirannya dapat dipandang oleh masyarakat Indonesia sebagai institusi yang amat dominan dalam melawan kolonialisme bangsa eropa.

 

SALURAN DAN CARA ISLAMISASI DI INDONESIA KHUSUSNYA DI JAWA

Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai.

Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu.

Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.

Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-Islam. Hal itu bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya.

 

Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:

1.        Saluran Perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan Timur Benua Asia.

 Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran Islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir Pulau Jawa, Uka  Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang Muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir.

Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat sebagai bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena factor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim.

 

2.        Saluran Perkawinan

Dari sudut ekonomi, para pedagnang Muslim memiliki status social yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Muslim.

Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawani oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Nyai Kawunganten, Brawijaya dengan putri Campa yang menurunkan Raden Patah (raja pertama Demak) dan lain-lain.

 

3.        Saluran Tasawuf

Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan keada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.

 Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persaman dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 M ini.

 

4.        Saluran Pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.

 

5.        Saluran Kesenian

Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

 

6.        Saluran Politik

Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat berpengaruh tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian Timur, demi kempentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara poltik banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

 

 

Sumber :

ü  Dr. Badri Yatim, M.A.”Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II”.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta:2008.

ü  Nor Huda, “Islam Nusantara”.Arr-Ruzz Media.jogjakarta:2013

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar