PENDEKATAN DAKWAH (DAKWAH BIL-LISAN, DAKWAH BIL-HAL, DAKWAH BIL-QALBI)
A.
PENDEKATAN DAKWAH
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat
islam diseluruh dunia. Terlebih bagi mereka yang telah memiliki
pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing. Dan dakwah
disini merupakan suatu upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh
seseorang/kelompok kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka
meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Dari
definisi tersebut kita bisa ambil kesimpulan bahwa tujuan dakwah adalah merubahan
keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah agar sesuai dengan ajaran Islam. kemudian
agar dakwah yang kita lakukan bisa sukses dan bisa mencapai tujuan tersebut, semua
unsur-unsur yang ada didalam dakwah pun harus terpenuhi diantaranya, harus ada
Da’i, mad’u, materi, media, metode, tujuan dan efek. Selain unsur-unsur yang
harus terpenuhi ada hal lain yang tak
kalah penting guna mendukung kesuksesan berdakwah yaitu suatu pendekatan dakwah
Yang dimaksud dengan pendekatan (approach)
adalah penentuan strategi dan pola dasar dan langkah dakwah yang di dalamnya
terdapata metode dan teknik unuk mencapai tujuan dakwah. Penentuan pendekatan dakwah didasarkan atas kondisi sasaran
dakwah dan suasana yang melingkupinya. Ada banyak pendekatan dakwah yang bisa
kita terapkan ketika kita berdakwah tapi kali ini kita hanya akan membahas 3
pendekatan dakwah yaitu :
1.
Dakwah bil-lisan
2.
Dakwah bil-hal dan
3.
Dakwah bil-Qalb
B.
PENJELASAN MACAM-MACAM PENDEKATAN
DAKWAH
1.
Pendekatan Dakwah bil Lisan
Yang pertama
adalah dakwah bil lisan, dakwah bil lisan merupakan dakwah yang paling sering
dan paling umum digunakan para da’i. Dakwah bil lisan
disini sesuai dengan sebuah hadis nabi yang berbunyi :
مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“ Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan
hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dakwah bil-lisan
adalah metode penyampaian informasi atau
pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan
obyek dakwah). Dalam metode
dakwah dengan lisan seorang da’i dalam berdakwah hendaknya dengan menggunakan
kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan
kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
Rafiudin
manan juga membagi metode Dakwah bil lisan menjadi beberapa macam diantaranya :
1) Qaulan ma’rufan, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang
disertai misi agama, yaitu agama Allah, agama Islam, seperti menyebarluaskan
salam, mengawali pekerjaan dengan membaca basmalah, mengakhiri pekerjaan dengan
membaca hamdalah, dan sebagainya.
2) Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam
beribadah maupun dalam perbuatan.
3) Nasehatuddin, yaitu memberi nasehat kepada orang yang sedang dilanda problem
kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan
penyuluhan agama dan sebagainya.
4) Majelis Talim, seperti pembahasan bab-bab dengan mengunakan buku atau kitab
dan berakhir dengan dialik,
5) Pengajian Umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum. Yang mana isi
dari materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi menarik perhatian pengunjung.
2. Pendekatan
Dakwah bil-Hal
Ada beberapa pengertian tentang dakwah
bil-hal. Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan
ajaran Islam dengan amaliah nyata. Dan dakwah bil hal juga bukan menjadi
tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya.
Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai
keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok
untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial
ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti
dakwah bil hal disini banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran
dakwah.
Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah
bil-hal dengan istilah dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis
dengan cara menampilkan akhlaq karimah. Sejalan dengan ini seperti apa yang
dikatakan oleh Buya Hamka bahwa akhlaq merupakan alat dakwah,yakni budi pekerti
yang dapat dilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang
memikat saja tetapi juga dengan budi pekerti yang luhur.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan
bahwa dakwah bil-hal mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah
bil-lisan. Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi
perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting
dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja harus tetap dijaga
agar tetap seimbang antara isi dakwah yang disampaikan secara lisan dengan
perbuatan nyata da'i . Dalam hal ini peran da'i akan menjadi sangat
penting, sebab da'i yang menyampaikan pesan dakwah kepada umat akan disorot
oleh umat sebagai panutan. Apa
yang ia katakan dan ia lakukan akan ditiru oleh jama'ahnya. Itulah
sebabnya apa yang ia katakan harus sesuai dengan apa yang ia perbuat,
jika tidak maka da'i akan menjadi cemoohan umat dan pada gilirannya dia akan
ditinggalkan oleh jamaahnya.
Selain itu ada yang menyatakan bahwa dakwah
bil-hal adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan memberi bantuan
materi. Sementara yang lain menyebut dakwah melalui tulisan dan kreativitas
tangan yang lain juga merupakan salah satu bentuk atau wujud dakwah bil-hal.
Ada juga yang mendefinisikan dakivah bil-hal sebagai upaya yang bersifat
menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jamaah dalam mengatasi
masalah mereka dan lebih dari itu setiap kegiatan dakwah yang dilakukan harus
ada tindak-lanjutnya secara berkesinambungan. Dakivah bil-hal merupakan
upaya dakwah dengan melakukan perbuatan nyata, dan wujudnya pun tentu beraneka
ragam, dapat berupa bantuan yang diberikan pada orang lain baik bantuan moril
maupun materiil sebagaimana firman Allah:
وما لكم لا تقاتلون في سبيل الله والمستضعفين
من الرجال والنساء والوالدان الذين يقولون ربنا اخرجنا من هذه القرية الظالم أهلها
واجعل لنا من لدنك وليا واجعل لنا من لدنك نصيرا
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang
semuanya berdoa: `Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang
zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami
penolong dari sisi Engkau!`. (Q.S
An-nisa : 75)
Dalam ayat
ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin membela (rnembantu)
saudara-saudaranya yang lemah (mempunyai beban masalah) dengan cara mengetuk
pintu hati setiap orang yang memiliki perasaan dan berkeinginan baik. Menurut
Jamaludin Al-Qasimi yang dimaksud dengan kalimat membantu yang lemah adalah
membantu membebaskan orang muslim yang lemah dan sedang menghadapi masalah (kesulitan
dan kesusahan) serta menjaganya dari ancaman musuh. Baik masalah yang dihadapi
itu berhubungan dengan kesusahan hidup yang bersifat materi maupun non materi.
Pernyataan ini diperkuat dengan pemyataan Rasulullah dalam sebuah hadits:
"Orang
Islam itu bersaudara, maka janganlah seorang Islam menganiaya saudaranya dan jangan
membiarkannya tersiksa. Barang siapa memenuhi hajat saudaranya, maka Allah akan
memenuhi hajatnya. Barang siapa yang membantu mengatasi kesulitan orang lain
maka Allah akan melepaskan kesulitan-kesulitan di hari kiamat dan siapa
menutupi aib seorang muslim niscaya Allah menutupinya dihari kiamat"
Dalam
hadits tersebut jelas sekali bahwa membiarkan sesama muslim teraniaya adalah
berdosa dan membantu mereka keluar dari kesulitan yang dihadapinya adalah ibadah
yang bernilai dakwah. Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman:
قل كل يعمل على شاكلته فربكم اعلم بمن هو
اهدى سبيلا
“Katakanlah:
`Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing`. Maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S al isra’ : 84)
Dalam
firman tersebut ada kata Syakilatih yang berarti keadaannya masing-masing.
Oleh Hamka kata "Syakilatih" diartikan bakat atau bawaan. Jika
dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi sekarang, bakat bawaan
seseorang yang didukung dengan situasi lingkungan dan dikembangkan maka akan
berubah menjadi kemampuan profesional. Jika dihubungkan dengan dakwah
bil-hal maka masing-masing muslim hendaknya berdakwah menurut kemampuan dan
profesi mereka. sebagai contoh, seorang dokter bisa berdakwah dengan
keahliannya dalam masalah pengobatan medis. Jadi siapapapun bisa melakukan
dakwah bil hal.
Selain dari
ayat al-Qur'an surat al-isra’ ayat 84 tadi, dalam hadits Rasulullah juga banyak memberikan
dasar bagi dakwah bil-hal seperti hadits di bawah ini :
"Dari
Anas ra. Berkata : Tidak pernah Rasulullah saw. dimintai sesuatu melainkan
pasti ia membeiikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepadanya, maka
diberinya kambing yang berada di antara dua bukit, maka ia kembali kepada
kaumnya dan mengajak mereka "Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam,
karena Muhammad memberi kepada seseorang yang sama sekali tidak khawatir habis
atau menjadi miskin". Sesungguhnya orang-orang dahulu masuk Islam karena ingin
dunia tetapi tidak lama kemudian tumbuh kecintaannya terhadap Islam melebihi semua
kekayaan dunia. Dari hadits di atas terlihat betapa gerakan dakwah Rasul
mengembangkan isu antara kelas masyarakat kuat dan masyarakat lemah, antara
kaya dan miskin (yang kaya membantu yang miskin). Karena itu pula Rasulullah
selalu memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh seseorang sesuai dengan masalah
yang dihadapi oleh umatnya sekalipun masalah materi, dalam hal ini banyak
hadits memberikan petunjuk untuk melakukan dakwah bil-hal. Misalnya
sebuah hadits yang menyatakan, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan
di bawah" Maksud hadits di atas adalah orang yang memberi bantuan kepada orang
lebih baik dari pada menerima bantuan, ini dapat dipahami bahwa pemberian dapat
berupa materiil (bantuan materi maupun non materi yang berupa gagasan/
pemikiran).
Ruang
Lingkup Dakwah Bil-Hal
Ruang lingkup dakwah bil-hal sebagaimana
disebutkan dalam buku Pedoman Dakwah Bil-Hal adalah meliputi semua persoalan
yang berhubungan dengan kebutuhan pokok (basic needs) manusia, terutama
yang berkaitan dengan kebutuhan fisik material ekonomis, oleh karena itu
kegiatan dakwah bil-hal disini lebih menekankan pada
pengembangan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup yang lebih baik. Bentuk-bentuk pengembangan kegiatan dakwah bil-hal dapat
dilakukan melalui bentuk pengembangan kehidupan dan penghidupan manusia
seperti:
1.
Penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat
2. Kegiatan
Koperasi
3.
Pengembangan kegiatan transmigrasi
4.
Penyelenggaraan usaha kesehatan masyarakat seperti mendirikan Rumah Sakit,
Poliklinik, Balai Pengobatan, dan sebagainya
5.
Peningkatan gizi masyarakat
6.
Penyelenggaraan panti asuhan
7.
Penciptaan lapangan kerja
8.
Peningkatan penggunaan media cetak, media informasi dan komunikasi
serta seni
budaya.
sebenarnya dakwah
bil-hal tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha peningkatan
kesejahteraan materiil saja tetapi juga termasuk usaha pemenuhan dan
peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan non materiil, usaha seperti meningkatkan
kualitas pengamalan ibadah, akhlaq, yang lebih dikenal dengan pengembangan
sumber daya manusia. Dengan melihat luasnya ruang lingkup dakwah bil-hal maka
dalam pelaksanaannya diperlukan keterpaduan program, perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi dakwah bil-hal dengan berbagai instansi terkait, berbagai
tenaga ahli dan disiplin ilmu. Ini artinya bahwa dakwah bil-hal harus
dilaksanakan secara totalitas dan berangkat dari akar permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan empowering atau pemberdayaan jamaah.
3. Pendekatan
Dakwah bil-Qalb
Yang ketiga adalah pendekatan dakwah bil qalb, yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati (bi-Qalb) yaitu
ketika berdakwah hati kita tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan
tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang
disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau
muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian,
tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya
mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Dalam
pendekatan bil qalbi ini yang lebih diutamakan adalah bagaimana suatu usaha
atau kegiatan keagamaan dapat memuaskan batin (menenangkan batin) mad’u. Cirinya
adalah pengambilan sikap diam yang diliputi suasana selalu taqarrub kepada
Allah. Bentuk kongkrit dari pendekatan dakwah bil qalbi ini seperti dapat kita
lihat sekarang adanya banyak kelompok tariqat atau kumpulan-kumpulan orang
shaleh. Suatu contoh dalam sejarah dakwah yang paling banyak menggunakan
pendekatan dakwah bil qalbi ini adalah Umar bin Abdul Aziz (khalifah Bani
Ummayah). Beliau telah berhasil merombak struktur masyarakat yang tadinya
berengsek menjadi masyarakat yang diliputi oleh suasana keagamaan yang
mantap.Dan yang lebih penting bagi kita adalah semestinya segera ambil peran
dalam dakwah Islam, apapun pendekatan yang kita pilih (bil lisan, bil hal, dan
bil qalbi). Apalagi didalam menghadapi corak masyarakat kita sekarang ini,
banyak diliputi oleh keresahan rohani, ketidakpastian, kecemasan, merasa tidak
aman, melonggarnya ikatan social dan menggejalanya pandangan hidup
materialistic sekularistik, perlu langkah pasti dalam dakwah di masa sekarang
dan akan dating.
Hemat kita, sikap dakwah Islam adalah harus melibatkan
ketiga pendekatan/langgam dakwah tersebut, yakni bil lisan, bil hal dan bil
qalbi. Jadi untuk masyarakat kota, karena telah banyak dilakukan dengan
pendekatan bil lisan, maka sekarang diusahakan penggabungan dengan pendekatan bil
qalbi. Di kota sudah mulai terasa keresahan rohani dan kejenuhan terhadap
gejala modern, maka dapat diusahakan dan dibentuk kelompok-kelompok yasinan
misalnya atau semacam amalan dzikrullah. Dengan pendekatan ini akan memberikan
makna yang dalam, misalnya ketenangan batin, ketenteraaman, kepasrahan, dan
sebagainya. Disamping itu, di kota juga diperlukan pendekatan dakwah bil lisan,
misalnya senantiasa menyuburkan dialog Islam terbuka, seminar dakwah islam
dalam rangka menggali teori-teori baru yang berkaitan dengan strategi dakwah.
Apapun tentang pendekatan dakwah Islam dalam
masyarakat di pedesaan, dapat dipastikan bahwa pergeseran nilai dan
kecenderungan masyarakat sebagaimana dialami oleh masyarakat perkotaan akan
menimpa pula di pedesaan. Akan tetapi kecenderungan itu belum begitu terasa.
Oleh karena itu sebagai antisipatif dakwahnya, maka pendekatan dakwah di desa
harus segera diubah. Kalau tadinya di desa banyak menggunakan pendekatan bil
qalbi, maka sekarang telah saatnya lebih diutamakan pendekatan bil yad.
Maksudnya tidak lain agar masyarakat desa tidak hanya menghidupkan
kelompok-kelompok shalawatan, yasinan saja, tetapi juga amal kongkrit dalam
urusan kemasyarakatan (pembangunan) dalam membentuk masyarakat yang madani di
pedesaan, seimbang antara dunia dan akhirat. Membangun lembaga-lembaga social
ekonomi, pendidikan yang berbasis wong cilik, pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat harus digalakkan di desa.
Upaya inilah yang kita yakini merupakan sebagaian dari
alternative pemecahan masalah yang dihadapi oleh umat. Sebab berbicara tentang
dakwah pada hakekatnya adalah berbicara tentang umat dengan segala
permasalahannya.
Terimakasih Semoga membantu.